Jumat, 30 April 2010

laporan fishe 2

OSMOREGULASI









Oleh :
Nama : Nani Rahmawati
NIM : B1J008045
Kelompok : 2
Rombongan : II
Asisten : Afrina Yuniati



LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II




KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2010
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Table 1. Data Sintasan Ikan Nila Dan Ikan Nilem
No Kelompok Perlakuan Salinitas (ppt) Jenis ikan Jumlah ikan Sintasan (%)
1 1 Direct 0-25 Nila 10 100%
2 2 Indirect 0-10-25 Nila 10 100%
3 3 Direct 0-25 Nilem 0 0%
4 4 Indirect 0-10-25 Nilem 0 0%
5 5 Direct 0-25 Nila 10 100%
6 6 Indirect 0-10-25 Nilem 0 0%

Table 2. Data Osmolalitas Plasma Dan Medium Ikan
No Kelompok Salinitas Osmolalitas plasma Osmolalitas medium Kapasitas osmoregulasi
1 1 & 2 0 ppt 280 & 368 146 2,22 mol/kg
2 3 & 4 10 ppt 377 & 681 334 1,49 mol/kg
3 5 & & 25 ppt 402 & 374 695 0,56 mol/kg

Sintasan Ikan Nila



Mortalitas

Rata-rata osmolalitas plasma



Kapasitas osmoregulasi















B. Pembahasan
Hasil pengamatan praktikum menunjukan bahwa pada salinitas 0 ppt, 10 ppt, dan 25 ppt konsentrasi osmotik medianya berturut-turut adalah 146 mmol/kg, 334 mmol/kg, dan 695 mmol/kg, sedangkan rata-rata konsentrasi osmotik plasma darahnya berturut-turut adalah 334 mmol/kg, 497,5 mmol/kg, dan 338 mmol/kg. Hickman (1972) menambahkan bahwa ikan nila merupakan ikan air tawar yang toleran terhadap perubahan salinitas mediumnya. Saat ikan berada pada medium bukan air tawar maka terjadi perubahan osmoregulasi dimana air pada medium akan masuk ke dalam tubuh pada medium tawar dan cairan tubuh keluar dalam cairan medium bukan air tawar, maka pada medium bersalinitas tinggi ikan harus mampu menjaga cairan dalam tubuhnya dan mengeluarkan ion-ion yang masuk ke dalam tubuh ketika ikan meminum air dari medianya.
Hewan yang hidup dalam perairan senantiasa mengalami permasalahan yang berkaitan dengan osmosis dan distribusi ion-ion. Hewan air dalam hidupnya memerlukan kadar garam internal minimal. Hal tersebut untuk mengantisipasi agar tidak terjadi dehidrasi ikan akan senantiasa beradaptasi terhadap salinitas lingkungannya. Semakin tinggi salinitas akan lebih sulit bagi hewan untuk beradaptasi. Oleh sebab itu, secara fisiologis ikan laut hidup dalam keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan karena terancam akan kehilangan air dalam tubuhnya (Ville et al., 1988).
Ikan Nila merupakan ikan air tawar yang mempunyai kemampuan cukup tinggi untuk hidup pada lingkungan yang buruk. Ikan air tawar umumnya stenohalin, derajat toleransi tergantung pada lamanya hewan tersebut dan lingkungan itu. Ketahanan ikan air tawar selain dipengaruhi oleh faktor tersebut juga dipengaruhi oleh faktor suhu tubuh dan kondisi lingkungan (Passino et al., 1977).
Hasil percobaan menunjukkan osmolalitas plasma selalu berubah ubah di setiap kondisi lingkungannya. Hal ini menunjukkan bahwa ikan nila termasuk dalam hewan osmokonformer. Namun, hal tersebut tidak sesuai dengan pernyataan Gordon (1982) yang menyebutkan bahwa Ikan Nila dan Nilem termasuk ikan air tawar dan tergolong osmoregulator yaitu golongan hewan yang dapat mempertahankan kadar garam dalam tubuh dan tidak terpengaruh dengan kadar garam lingkungannya. Ikan nilem biasanya tahan terhadap suatu kisaran salinitas yang sempit (stenohaline) sedangkan ikan nila memiliki toleransi salinitas luas (euryhaline). Euryhaline yaitu mampu beradaptasi pada media dengan kisaran salinitas lebar, namun kisaran salinitas yang optimum lebih sempit bagi ukuran larva.
Seekor hewan osmoregulator harus membuang kelebihan air jika hewan itu hidup dalam lingkungan hiperosmotik. Kemampuan untuk mengadakan osmoregulasi membuat hewan mampu bertahan hidup, misalnya dalam air tawar dimana osmolaritas tertentu rendah untuk mendukung osmokonformer, dan didarat dimana air umumnya tersedia dalam jumlah yang sangat terbatas. Semua hewan air tawar dan hewan air laut adalah osmoregulator. Manusia dan hewan darat lainnya yang juga osmoregulator harus mengkompensasi kehilangan air. Harris (1992), menyatakan bahwa osmoregulator dapat mengaktifkan transport ion secara langsung berlawanan dengan gradien konsentrasi. Transport aktif dilakukan dengan memompa ion pada membran plasma sel. Pompa ion dilakukan untuk mengeliminasi kelebihan air. Ikan Nila termasuk ikan air tawar yang mempunyai osmoregulasi yang tinggi. Artinya ikan akan melakukan aktivitas berupa terus-menerus minum air, penguapan air dengan osmosis, garam-garam diekskresi secara aktif melalui insang, sedikit urin, urin pekat. Hal terpenting yang dilakukan dari osmoregulasi adalah pembuangan garam dan penahanan air (Odum, 1971).
Kebanyakan invertebrata yang berhabitat di laut tidak secara aktif mengatur sistem osmosis mereka, dan dikenal sebagai osmokonformer. Osmokonformer memiliki osmolaritas internal yang sama dengan lingkungannya sehingga tidak ada tendensi untuk memperoleh atau kehilangan air. Karena kebanyakan osmokonformer hidup di lingkungan yang memiliki komposisi kimia yang sangat stabil maka osmokonformer memiliki osmolaritas yang cenderung konstan.
Osmoregulasi adalah kemampuan organisme untuk mempertahankan keseimbangan kadar dalam tubuh, didalam zat yang kadar garamnya berbeda. (Kashiko, 2000). Untuk organisme akuatik, proses tersebut digunakan sebagai langkah untuk menyeimbangkan tekanan osmose antara substansi dalam tubuhnya dengan lingkungan melalui sel yang permeable. Dengan demikian, semakin jauh perbedaan tekanan osmotik antara tubuh dan lingkungan, semakin banyak energi metabolisme yang dibutuhkan untuk melakukan osmoregulasi sebagai upaya adaptasi, hingga batas toleransi yang dimilikinya. Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang zat-zat yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup.
Pengaturan air dan ion dalam tubuh dengan sejumlah mekanisme yang dilakukan untuk mengatasi problem osmotik dan mengatur perbedaan diantara intra sel dan ekstra sel dan diantara ekstrasel dengan lingkungan secara kolektif disebut Mekanisme Osmoregulasi (Evans, 1998). Mekanisme osmoregulasi meliputi volume air, kandungan zat terlarut dan distribusi zat terlarut. Mahluk hidup mempertahankan kekonstanan volume air dalam tubuhnya melalui mekanisme dimana jumlah air yang masuk harus sama dengan jumlah air yang keluar (Soetarto, 1986).
Suatu organisme dapat bertahan hidup jika konsentrasi garam dalam cairan tubuh internal dipertahankan pada tingkat rendah sesuai dengan kebutuhan metabolisme. Ikan air tawar akan mati jika berada pada larutan garam yang berkonsentrasi tinggi karena ikan air tawar hanya mempunyai toleransi 0,1 %. Konsentrasi garam yang semakin tinggi akan menyebabkan air yang terdapat dalam tubuh ikan keluar, sehingga ikan akan mengalami dehidrasi dan dapat mengalami kematian (Nawangsari, 1988). Osmolalitas standar untuk ikan Nila adalah berkisar antara 260-330 mmol/kg (Johnson, et al., 1984).
Kapasitas osmoregulasi merupakan rasio antara nilai osmolalitas plasma terhadap nilai osmolalitas media. Ikan yang kapasitas osmoregulasinya mendekati atau kurang dari satu, maka ikan tersebut termasuk hipoosmotik, bila sama dengan satu maka ikan tersebut bersifat isoosmotik, sedangkan bila mendekati dua maka termasuk hiperosmotik. Hasil pengamatan kelompok 1 menunjukan bahwa kapasitas osmoregulasi ikan nila sebesar 2,2 mmol/kg sehingga ikan tersebut termasuk atau hiperosmotik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ville, et al (1988) yang menyatakan bahwa kebanyakan ikan air tawar bersifat hiperosmotik.
Salinitas merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh pada kehidupan organisme akuatik termasuk larva ikan Nila. Perubahan salinitas media akan berpengaruh pada osmolaritas media dan cairan tubuh (plasma) larva. Perbedaan osmolaritas media dan plasma larva yang disebabkan oleh perbedaan salinitas akan menentukan tingkat kerja osmotik (beban osmotik) larva yang selanjutnya akan mempengaruhi sintasan larva ikan Nila. Perubahan osmolaritas plasma dapat terjadi sebagai respon terhadap perubahan salinitas media. Sintasan larva ikan Nila yang tinggi hanya dapat dicapai apabila larva dipelihara pada media dengan salinitas optimum dimana osmolaritas plasma mendekati osmolaritas media (isoosmotik) (Muhammad, 2006). Menurut Hill dan Wyse (1989), faktor-faktor yang mempengaruhi berbagai respon salinitas dan juga kemampuan suatu spesies untuk bertahan dari lingkungan yang berubah antara lain, temperatur, komposisi air, perubahan saliitas, tingkat siklus kehidupan, aklimatisasi dan aklimasi dan perbedaan spesies.
Praktikum osmoregulasi menggunakan bahan ikan nila dan ikan nilem dikarenakan kedua ikan tersebut mewakili kelompok eurihalin dan stenohalin. Ikan nila termasuk dalam kelompok eurihalin, sedangkan ikan nilem termasuk dalam kelompok stenohalin. Penggunaan pipet kapiler atau spuit injeksi yaitu untuk mengambil darah dari ikan nila yang akan diukur nilai osmolalitasnya. Sentrifugator berfungsi untuk memisahkan plasma darahnya. Plasma darah yang diperoleh dimasukkan kedalam osmometer yang berfungsi untuk menghitung nilai osmolalitas.























KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Ikan Nila termasuk hewan stenohaline, bersifat hiperosmotik dan osmoregulator. Sedangkan ikan Gurameh termasuk hewan eurihalin, bersifat hipoosmotik.
2. Kebanyakan ikan air tawar bersifat hiperosmotik
3. Ikan air tawar melakukan osmoregulasi dengan cara mengeluarkan banyak urin dalam bentuk cair dan berusaha mengambil garam secara aktif dari lingkungan sekitarnya.

B. Saran
Praktikum berikutnya semoga dapat lebih aktif lagi dan komunikatif antara asisten dan praktikan.




















DAFTAR REFERENSI
Davis, C. 1983. Pengelolaan Komoditi Air Kolam dalam Bunga Rampai. Balai Penelitian Budidaya Air Payau, Jakarta.
Evans, D.H. 1998. The Physiology of Fishes Second Edition. CRC Press. New York.
Gordon, M.S. 1982. Animal Physiology. Mc Millan Publishing Co, New York.
Harris, C.L. 1992. Concept of Zoology. Harper Collins Publishing Inc, USA.
Johnson, K.D, D.C Rayle and H.L. Alberg. 1984. Biology on Introduction. S. Chand and Co, New Delhi.
Kashiko.2000.Kamus Lengkap Biologi. Kashiko Press :Bandung.
Muhammad, 2006. Perubahan osmolaritas plasma larva ikan bandeng (chanos chanos) sebagai respon adaptasi salinitas. J. Sains & Teknologi, Desember 2006, Vol. 6 No. 3: 143–148. Staf Pengajar Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan UNHAS.
Nawangsari. 1988. Zoologi Umum. Erlangga, Jakarta.
Odum, C. D. 1971. Fundamental of Ecology. W Passino, D. R. M; R. R. Miller; J.
Soetarto. 1986. Biologi. Widya Duta. Surakarta.
Ville, C. A., Walker, W. F., barnes, R. D. 1988. Zoologi Umum. Erlangga, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

semoga blog ini bermanfaat...